Sabtu, 01 Juli 2017

MENJADI MAHASISWA PBSI?

Mahasiswa adalah sebutan bagi mereka yang melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri. Bukan hal yang mudah menyandang gelar menjadi seorang mahasiswa di mana hampir segala tindak tuturnya menjadi tolok ukur bagi hampir semua orang. Apa lagi menjadi seorang mahasiswa PBSI yang erat sekali dengan keterampilan berbicara, menulis, mendengarkan, dan menyimak  di mana keempat keterampilan itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan baik di dunia pendidikan maupun di masyarakat luas. Oleh karena itu, seorang mahasiswa PBSI harus benar-benar mendalami setiap mata kuliah yang disampaikan oleh dosen sehingga menghasilkan lulusan yang benar-benar memiliki kualitas keilmuan dan perilaku yang baik.
Banyak sekali hal-hal yang tidak terduga menjadi seorang mahasiswa PBSI. Orang-orang mengira bahwa kuliah dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia itu selalu didominasi dengan kemudahan dan kesenangan. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah demikian. Mungkin jika dibandingkan dengan jurusan bahasa yang lain, Jurusan PBSI-lah yang paling sulit karena banyak sekali yang harus diperhatikan dengan detail, seperti EBI (Ejaan Bahasa Indonesia), Tata Baku Bahasa Indonesia, makna setiap kata, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Walaupun demikian, jangan khawatir dan takut menjadi seorang mahasiswa PBSI itu tidak selalu membosankan dan menyulitkan karena disetiap kesulitan pasti ada kemudahan dan kesenangan menjadi seorang mahasiswa PBSI, seperti belajar kosa kata yang baku dan tidak baku, bagaimana harus berbicara dengan baik dan benar  sesuai dengan konteksnya, dan yang paling menyenangkan adalah ketika sudah mengusai EBI maka akan dengan mudah meluruskan kata-kata yang tidak baku menjadi baku, menggunakan tanda baca yang tepat, dan lain-lain.

Dari jurusan PBSI-lah lahir seorang penulis, penyiar radio, editor, penyair, dan profesi-profesi yang lain. Hal tersebut bisa dicapai dengan kerja keras  dan benar-benar ditekuni selama masa perkuliahan menjadi seorang mahasiswa PBSI. Jadi, jangan pernah lupa ketika sudah memilih jurusan pada saat kuliah apa lagi mengambil Jurusan PBSI maka tekunilah dengan baik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan sesuai dengan harapan masing-masing. 

Rabu, 28 Juni 2017

KUE LEBARAN 1438 H

Kue lebaran menjadi salah satu jajanan wajib yang ada ketika Hari Raya Idul Fitri. Kue-kue itu akan menjadi pemanis meja-meja yang semula kosong menjadi penuh dengan berbagai macam makanan. Sehingga orang-orang yang ingin membuat dirinya lebih ramping akhirnya berbelok arah karena kue lebaran yang sungguh menggoda. Tidak dipungkiri memang, siapa yang akan menolak untuk memakan kue yang rasanya begitu lezat dan jarang ditemui dihari-hari biasa. Jadi, nikmatilah hari rayamu dengan penuh suka cita dan jangan lupa bahagia. Saya, Retno Sulisetyowati dan keluarga mengucapkan "Taqobballahu minna waminkum. Minal a'idzin wal fa'idzin. Mohon maaf lahir dan batin. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H". Semoga tahun depan bisa bertemu dengan Bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri lagi.

Minggu, 23 April 2017

Semarak Kartini 2017

Hari Kartini tahun 2017

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas PGRI Semarang selalu menggelar peringatan Hari Kartini setiap tahunnya. Pada tahun ini ada yang berbeda dengan peringatannya baik dari segi dekorasi maupun acaranya, seperti terlihat dari foto tersebut, pada tahun ini tepatnya Jumat tanggal 21 April 2017, FPBS mengundang Wakil Wali Kota Semarang, Ir. Hevearita Gunaryanti R., Putri Indonesia juara Favorit Jawa Tengah, Mega Prabowo, dan seorang ibu rumah tangga yang masih terlihat muda dan cantik, Ibu Diah untuk menghadiri peringatan hari kartini di Balairung. Ketiga perempuan tersebut diundang sebagai pembicara dalam acara talkshow Semarak Kartini 2017 yang dipandu oleh Mba Santi. Kelebihan dan kecerdasan yang mereka miliki sebagai seorang perempuan membuatnya bisa terus berkarya tanpa harus meninggalkan kewajibannya sebagai seorang perempuan, seorang istri, dan seorang ibu. Jayalah perempuan-perempuan Indonesia supaya terus menginspirasi bagi generasi-generasi yang akan datang.

Kamis, 14 Juli 2016

Perkenalan

Assalamualaikum, saya Retno Sulisetyowati lahir di Brebes Tanggal 3 Maret 2016. Saya anak kedua dari dua bersaudara. Saya kuliah di Universitas PGRI Semarang jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Terima kasih untuk teman-teman yang sudah membaca postingan saya. Saya mohon maaf apabila ada kata-kata dalam postingan saya yang tidak berkenan di hati teman-teman. Semoga apa yang saya postingan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriyah

Belum telatkan ya mengucapkan Taqobbalallahu minna wa minkum. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriyah. Mohon maaf atas semua kesalahan yang pernah saya lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja. Semoga kita menjadi orang yang lebih baik lagi dan dapat bertemu lagi dengan Bulan Ramadan tahun depan. Baarakallahu fiyk.

Mongonversi Naskah Drama Menjadi Sebuah Puisi

          Beberapa bulan yang lalu saya mendapat tugas dari dosen Mata Kuliah Puisi untuk mengonversi sebuah naskah drama dari sebuah pementasan teater "Ronggeng Dukuh Keramat" yang dipetanskan di kampus saya (Universitas PGRI Semarang) oleh para pemain Teater Gema (UKM di UPGRIS). Saya membuat 5 puisi dari cerita teater tersebut. Berikut ke-5 judul puisi tersebut: Ronggeng, Merantau, Nasib, Terbuai, dan Penguasa. Sebelum saya mengonversi, saya harus menonton pementasan teater terlebih dahulu supaya dapat mengetahui bagaimana alur ceritanya, membuat catatan-catatan kecil atau merekan suaranya, membuat judul puisi, memilih diksi yang tepat, dan terakhir merangkai kata-kata sehingga menjadi sebuah puisi yang bagus dari cerita tersebut.
          Ketika saya membuat puisi pertama yang berjudul "Ronggeng" saya mengingat kembali bagian cerita teater yang mengisahkan gadis-gadis Dukuh Keramat yang cantik jelita menjual harga dirinya kepada orang kaya demi sebuah uang. Setelah itu saya merangkai kata-kata yang dapat menggambarkan keadaan gadis-gadis tersebut, dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Bagaimana orang kaya tersebut menggodanya sampai mereka tidak berdaya lagi dan pada akhirnya mereka menjual kehormatannya sendiri.
          Puisi kedua berjudul "Merantau". Puisi tersebut mengisahkan bagaimana laki-laki di Dukuh Keramat harus meninggalkan desanya untuk mengubah nasibnya. Di kota yang katanya menjanjikan ternyata kenyataannya mereka terlunta-lunta sehingga mereka pun kembali ke desanya dengan perasaan kecewa.
          Puisi berjudul "Nasib" adalah puisi ketiga saya. Puisi ini mengisahkan cerita nasib para penduduk Dukuh Keramat yang begitu memperihatinkan. Orang miskin yang semakin miskin, orang kaya yang semakin kaya akhirnya menguasai desa dan mereka yang miskin pun tidak berdaya lagi.
          Terakhir puisi ke-4 dan ke-5 yang berjudul "Terbuai" dan "Penguasa". Penduduk Dukuh Keramat yang miskin khususnya gadis-gadis cantik yang tidak sanggup hidup miskin akhirnya terbuai oleh rayuan orang kaya yang memperdayanya hingga mereka menjual kehormatannya. Penduduk miskin yang tidak berdaya akhirnya dikuasai oleh mereka yang mempunyai uang. Kemiskinan yang semakin merajalela tidak terhindarkan.
          Dari 5 puisi yang saya buat semuanya terinspirasi oleh sebuah cerita dari pementasan Teater Gema "Ronggeng Dukuh Keramat". Kita semua tahu bahwa mengonversi naskah drama menjadi sebuah puisi bukanlah hal yang mudah, apa lagi bagi saya sendiri yang belum mahir dalam membuat puisi yang bagus. Akan tetapi, kita jangan berputus asa dan harus terus belajar supaya dapat menghasilkan/menciptakan sebuah karya sastra (puisi) yang bagus dan indah. Terima kasih.

Apresiasi Puisi Dalam Film "Ada Apa Dengan Cinta?" part 1

         Ketika saya menonton film "Ada Apa Dengan Cinta?" bagian 1 yang ditayangkan di televisi, saya dibuat terkesima melihat bagaimana Cinta (Dian Satrowardoyo) membaca Puisi karya Rangga (Nikola Saputra) begitu Indah. Tidak seperti pembacaan puisi pada umumnya yang mendayu-dayu. Akan tetapi, Cinta dapat membacakannya dengan baik, dengan memperhatikan intonasi, artikulasi, ekspresi wajah, dan lain sebagianya tanpa harus mendayu-dayu. Sungguh saya baru mengetahui bagaimana pembacaan puisi yang baik dan benar setelah saya kuliah di Universitas PGRI Semarang. Bukan apa yang saya dapat (ilmu membaca puisi) dari SMP-SMA tidak baik hanya saja mungkin belum tepat. Sehingga saya harus belajar lagi bagaimana membaca puisi dengan baik dan benar. Sekian apresiasi puisi yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf apabila ada kata-kata saya yang tersinggung. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.